PETA KOTA BLAMBANGAN TAHUN 1726 DI SEKITAR MUNCAR
Asal Usul Nama Muncar
Muncar, merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kecamatan ini terletak di bagian timur Kabupaten Banyuwangi, kurang lebih 35 km dari jantung Kota Banyuwangi dan berbatasan dengan Selat Bali. terdapat 10 desa dalam Kecamatan ini dengan luas keseluruhan kurang lebih 8.509,9 ha. Kecamatan Muncar adalah sebuah Kecamatan sebagai Penghasil Ikan Laut terbesar di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu di Kecamatan ini merupakan sentra penghasil semangka terutama di desa Tembokrejo dan Bangorejo. Namun sejak tahun 2010 kinerja dan hasil penangkapan ikan kawasan ini mengalami penurunan.
Mengapa daerah penghasil ikan ini diberi nama Muncar? Apa yang melatarbelakangi terbentuknya nama tersebut? Berikut adalah beberapa pendapat mengenai asal mula terbentuknya nama Muncar.
Menurut HR. Suparjo Denowo, penduduk asli Kecamatan Muncar, Dusun Muncar berasal dari dua kata, yaitu "Monco"(bahasa Jawa) dan "mancah"(bahasa Madura) yang artinya bermacam-macam. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua penduduk di dusun Muncar adalah pendatang dari berbagai suku atau ras. Sebagian berasa dari Sulawesi Selatan(suku Bugis), Madura, dan beberapa daerah di wilayah Jawa.
Menurut Pak Syamsuri, mantan kepala KUA Kecamatan Muncar. Muncar Berasal dari kata "Muncrat" (bahasa Jawa), yang artinya adalah keluarnya ikan-ikan dengan jumlah yang luar biasa dari laut yang terletak di sebelah timur daerah Muncar. Hal ini terbukti dengan tersohornya Muncar sebagai Kota penghasil ikan terbesar di Jawa Timur dan mayoritas penduduk di daerah ini adalah nelayan.
Berbeda dengan pendapat HR. Suparjo Denowo dan Syamsuri. Pak Sholihin, Mudin Dusun Muncar mengatakan bahwa Kata Muncar berasal dari kata "Mencar"(bahasa Jawa) yang berarti pisah(sebagian menuju suatu tempat dan sebagian lagi menuju suatu tempat yang berbeda). Hal ini masih ada kaitannya dengan peristiwa peperangan antara Minak Jinggo dan Damar Wulan. Setelah Damar Wulan menang, pasukan Damar Wulan beristirahat di tempat yang sekarang ini bernama Muncar. Di tempat itu muncul perbedaan pendapat antara pasukan-pasukan Damar Wulan. Sehingga sebagian dari pasukan kembali ke Kerajaan lewat selatan dan sebagaian lewat utara, sampai akhirnya muncullah perpecahan.
Menurut Bapak Saleh(64 tahun), salah satu penduduk asli Muncar yang berprofesi sebagai nelayan, mengungkapkan bahwa nama Muncar erat hubunganya dengan nama Blambangan, sebuah kerajaan yang letaknya kurang lebih 1 Km di sebelah utara Muncar tepatnya berada di desa Tembokrejo. Bekas-bekas peninggalan keraton yang tingginya berukuran 1 m dan kelilingnya kurang lebih 10 ha, di dalam bangunan ini terdapat sembilan batu yang berlubang di tengah, batu yang berlubang tersebut berfungsi sebagai umpak atau penyangga. Umpak tersebut sebagai dasar atau alas dari tiang istana Kerajaan Blambangan, oleh sebab itu situs itu dinamakan Umpak Songo(sembilan Penyangga). Situs ini ditemukan pada kedalaman 1-0,5 meter dari permukaan tanah, membentang dari Masjid pasar Muncar hingga area persawahan desa Tembokrejo. Diduga istana ini adalah peninggalan Blambangan pada saat ibu kota pindah ke Muncar. Disebelah timur Ompak Songo, tepatnya di sebelah timur pertigaan Pasar Muncar terdapat sebuah bangunan yang bernama Siti Hingil(setinggil) yang memiliki makna"Tanah yang ditinggalkan". Pada zaman dahulu bangunan ini digunakan oleh Minak Uncar (utusan dari Minak Jinggo) untuk mengintai musuh. Maka dari itu kawasan di sekitar bangunan tersebut diberi nama Muncar.
Itulah beberapa pendapat mengenai asal usul nama Muncar. Perlu di catat bahwa pada awalnya Muncar bukan sebagai Kecamatan Muncar, melainkan Dusun Muncar.
sc:banjoewangietempoedoeloe
safitrinurulwahyuni.blogspot
Komentar