Langsung ke konten utama

KERAJAAN JEMBRANA BALI MASUK WILAYAH BANYUWANGI (1856-1882)


KERAJAAN JEMBRANA BALI MASUK WILAYAH BANYUWANGI (1856-1882)

 


            Periode pertama, ditandai oleh birokrasi pemerintahan kerajaan tradisional yang berlangsung sampai tahun 1855. Telah tercatat pada lembaran dokumen arsip pemerintahan Gubernemen, bahwa kerajaan Jembrana yang otonom diduduki oleh Raja Jembrana V (Sri Padoeka Ratoe) I Goesti Poetoe Ngoerah Djembrana (1839-1855). Saat berlangsung pemerintahannyalah, telah ditanda tangani Piagam Perjanjian Persahabatan Birlatral antara pihak Pemerintah Kerajaan dengan pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda (Gubernemen) pada tanggal 30 Juni 1849.

            Periode kedua, ditandai dengan pelaksanaan birokrasi modern, melalui Tata Pemerintahan Daerah (Regentschap) yang merupakan bagian dari Wilayah Administratif Keresidenan Banyuwangi. Pemerintahan daerah (Regentschap) yang dikepalai oleh seorang Kepala Pribumi (Regent) sebagai pejabat yang dimasukkan dalam Struktur Birokrasi Kolonial Status Pemerintahan Daerah (Regentschap) berlangsung selama 26 tahun. (1856-1882).

            Pada saat Kerajaan Jembrana diperintah Raja Jembrana VI, I Gusti Ngurah Made Pasekan (1862-1866), Kerajaan/Raja Jembrana mengalami dua peralihan status, yakni tahun 1855-1862 sebagai Raja Jembrana berubah status menjadi Regent (Bupati), dan kedudukan kerajaan berada di Puri Pacekan Jembrana.

            Ketika reorganisasi pemerintah di daerah diberlakukan berdasarkan Staatblad Nomor 123 Tahun 1882, maka untuk Wilayah Administratif Bali dan Lombok diberi status wilayah administratif keresidenan tersendiri. Wilayah Keresidenan Bali dan Lombok dibagi menjadi dua daerah (Afdelingen) yaitu Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana (berdasarkan Staatblad Nomor 124 Tahun 1882), dengan satu ibukota Singaraja.



Sumber: BanjoewangieTempoDoeloe

Penulis: Munawir


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Babad Blambangan

BABAD BLAMBANGAN             Babad Blambangan merupakan karya sastra klasik yang berasal dari daerah Blambangan. Daerah Blambangan merupakan negeri yang dikelilingi oleh laut.   Daerah ini di luar batas Gunung Bromo dan Lamajang. Babad merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan bahasa kias yang bermuatan cerita-cerita sejarah. Babad Blambangan adalah karya sastra yang berisi data-data sejarah di sekitar Blambangan.             Babad Blambangan bukan merupakan satu karangan utuh namun kumpulan dari beberapa babad yang ditulis pada tahun yang berbeda-beda. Aksara yang dipakai untuk menulis babad adalah aksara Jawa, Bali, Pegon, dan Latin. Babad-babad yang menyusun Babad Blambangan adalah Babad Sembar, Babad Tawang Alun, Babad Mas Sepuh, Babad Bayu, dan Babad Notodiningratan. 1.        Babad Sembar Babad Sembar ditulis dalam bahasa Jawa d...

Logo Banyuwangi

LOGO KOTA BANYUWANGI(1800) Logo kota Banyuwangi pertama bergambar keris yang menancap di air, belum ada referensi arti lambang tersebut. menurut pandangan saya sendiri logo bisa diartikan bahwa memperebutkan kota Banyuwangi dengan Harta dan Nyawa. Dimana kita tahu Perang Bayu menghabiskan dana 8 ton Emas, dan banyak serdadu Belanda yang tewas. Logo kedua melambangkan Pedang dan Air yang diapit 2 singa. belum ada Referensi tentang arti lambang ini. Mungki dengan arti yang sama dengan logo ke-1. Yang tahu cantumkan di comment sc:banjoewangietempoedoeloe

Peta dan Sejarah Kota Blambangan Muncar

PETA KOTA BLAMBANGAN TAHUN 1726 DI SEKITAR MUNCAR Asal Usul Nama Muncar Muncar, merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kecamatan ini terletak di bagian timur Kabupaten Banyuwangi, kurang lebih 35 km dari jantung Kota Banyuwangi dan berbatasan dengan Selat Bali. terdapat 10 desa dalam Kecamatan ini dengan luas keseluruhan kurang lebih 8.509,9 ha. Kecamatan Muncar adalah sebuah Kecamatan sebagai Penghasil Ikan Laut terbesar di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu di Kecamatan ini merupakan sentra penghasil semangka terutama di desa Tembokrejo dan Bangorejo. Namun sejak tahun 2010 kinerja dan hasil penangkapan ikan kawasan ini mengalami penurunan. Mengapa daerah penghasil ikan ini diberi nama Muncar? Apa yang melatarbelakangi terbentuknya nama tersebut? Berikut adalah beberapa pendapat mengenai asal mula terbentuknya nama Muncar. Menurut HR. Suparjo Denowo, penduduk asli Kecamatan Muncar, Dusun Muncar berasal da...