Langsung ke konten utama

Tirtaganda-Babad Blambangan


TIRTAGANDA-BABAD BLAMBANGAN

            Dalam Babad Blambangan (Tirtaganda) diceritakan, bahwa Blambangan yang beribukota di Pangpang, semenjak Tumenggung Jaksanegara ditangkap dan dibuang ke Sailan oleh Kompeni Belanda, maka terdapat kekosongan dalam pemerintahan. Oleh sebab itu, beberapa penggawa Pangpang dan Senopati Blambangan mengusulkan kepada Kompeni Belanda agar mengangkat Mas Alit, keturunan Wiraguna menjadi Tumenggung. Usulan para pemuka Blambangan tersebut disetujui oleh pihak Kompeni Belanda setelah terlebih dahulu meminta keterangan tentang pribadi Mas Alit kepada Bupati Bangkalan. Bupati Bangkalan mengatakan bahwa pengangkatan Mas Alit menjadi Tumenggung tidak akan mengecewakan pihak Kompeni Belanda. Mas Alit kemudian dijemput dari Bangkalan untuk kembali ke Blambangan. Pengangkatan Mas Alit menjadi Tumenggung di Blambangan (Pangpang) itu dilakukan langsung oleh pembesar Kompeni Belanda yang berkedudukan di Betawi. Adapun yang melantik Mas Alit adalah Residen Militer bernama Luzac. Setelah Mas Alit diangkat menjadi Tumenggung di Pangpang itu dia bergelar Tumenggung Wiraguna I. Pemerintahan Kadipaten Blambangan di bawah pimpinan Tumenggung Wiraguna berjalan baik.
            Pada saat itu, di sebelah utara Kali Lo berdiam penguasa Inggris dan para pedagang Cina. Mereka berdiam di Tirtaganda sejak zaman Raja Danuningrat berkuasa. Mereka mengusahakan tanaman tebu dan rempah-rempah, sehingga banyak memeperoleh keuntungan. Usaha orang-orang Inggris dan Cina tersebut sangat menarik perhatian Kompeni Belanda, sehingga timbul niat untuk membatasi, mengawasi ruang gerak mereka, dan kalau perlu melarangnya. Raden Tumenggung Wiraguna selaku penguasa Blambangan, ingin sekali memindahkan letak pemerintahannya ke sebelah utara hutan Tirtaganda, karena bangunan di Pangpang sudah banyak yang rusak. Keinginan Raden Tumenggung Wiraguna itu mendapat persetujuan dan dukungan dari pihak Kompeni Belanda. Mereka memandangnya dari segi perdagangan. Pihak Kompeni Belanda merencanakan membangun bangunan Loji di muka Loji orang-orang Inggris sekaligus mengawasi gerak orang-orang Inggris.
            Raden Tumenggung Wiraguna membabad hutan Tirtaganda sebelah utara, kemudian dibangunlah pusat pemerintahan. Sementara itu, Kompeni Belanda pun membangun Loji yang letaknya berhadapan dengan Loji orang-orang Inggris dan Cina. Setelah gedung-gedung dibangun oleh Raden Tumenggung Wiraguna, maka ia memindahkan pusat pemerintahan Blambangan dari Pangpang ke kota baru di hutan Tirtaganda tersebut. Kemudian kota Tirtaganda tersebut diubahnya menjadi Tirta Arum. Selanjutnya sebutan Tirta Arum diubahnya menjadi Banyuwangi. Mengingat bahwa Kadipaten (Kabupaten) Blambangan bertempat tinggal di Banyuwangi, maka selanjutnya kabupaten itu dinamakannya Banyuwangi,  bukan lagi Blambangan. Blambangan telah hilang dari percaturan kehidupan pemerintahan. Adapun Blambangan tetap dipakai untuk sebuah desa kecil.
            Materi cerita legenda etiologis Banyuwangi dalam Babad Blambangan (Tirtaganda) adalah pada masa perpindahan pusat pemerintahan Blambangan yang dilakukan oleh Mas Alit atau Raden Tumenggung Wiraguna, dari kota Pangpang yang telah rusak ke Tirtaganda. Kemudian Tirtaganda diubah namanya menjadi Tirta Arum yang selanjutnya diubahnya menjadi Banyuwangi. Mengingat bahwa kabupaten Blambangan bertempat tinggal di Banyuwangi, maka Kabupaten Blambangan diubah menjadi Kabupaten Banyuwangi. Hal itu terjadi setelah berakhirnya Perang Bayu II.
            Dalam Babad Blambangan (Tirtaganda) diceritakan perang yang sangat dahsyat pernah terjadi di Blambangan dan meminta banyak korban, baik di pihak putra Blambangan maupun Kompeni Belanda. Perang yang terkenal sebagai Perang Bayu II tersebut terjadi pada tahun 1767-1777, tetapi ada yang mengatakan sampai tahun 1781, ketika perlawanan pasukan Blambangan yang dipimpin Sayu Wiwit dapat ditumpas.
            Dengan demikian perpindahan pusat pemerintahan Blambagan dari Pangpang ke Tirtaganda yang kemudian bernama Banyuwangi tersebut terjadi setelah masa perang Bayu II berakhir atau setelah 1781. Namun menurut penelitian Soeroso yang mendasarkan diri pada Babad Blambangan, maka terjadinya kota Bnayuwangi itu pada tahun 1698 C = 26 Desember 1772 (Anonim, tanpa tahun; 18). Namun, berdasarkan penelitian para pakar budayawan, maka terjadinya kota Banyuwangi itu pada 20 Desember 1772. Jadi ada selisih 6 hari dari adanya beberapa perbedaan diatas, masalah legenda otiologis Banyuwangi yang mendasarkan diri pada Babad Blambangan (Tirtaganda), miranya masih dioperlukan penelitian lebih mendalam.
Sumber:BanjoewangieTempoDoeloe
Penulis: Munawir


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Babad Blambangan

BABAD BLAMBANGAN             Babad Blambangan merupakan karya sastra klasik yang berasal dari daerah Blambangan. Daerah Blambangan merupakan negeri yang dikelilingi oleh laut.   Daerah ini di luar batas Gunung Bromo dan Lamajang. Babad merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan bahasa kias yang bermuatan cerita-cerita sejarah. Babad Blambangan adalah karya sastra yang berisi data-data sejarah di sekitar Blambangan.             Babad Blambangan bukan merupakan satu karangan utuh namun kumpulan dari beberapa babad yang ditulis pada tahun yang berbeda-beda. Aksara yang dipakai untuk menulis babad adalah aksara Jawa, Bali, Pegon, dan Latin. Babad-babad yang menyusun Babad Blambangan adalah Babad Sembar, Babad Tawang Alun, Babad Mas Sepuh, Babad Bayu, dan Babad Notodiningratan. 1.        Babad Sembar Babad Sembar ditulis dalam bahasa Jawa d...

Logo Banyuwangi

LOGO KOTA BANYUWANGI(1800) Logo kota Banyuwangi pertama bergambar keris yang menancap di air, belum ada referensi arti lambang tersebut. menurut pandangan saya sendiri logo bisa diartikan bahwa memperebutkan kota Banyuwangi dengan Harta dan Nyawa. Dimana kita tahu Perang Bayu menghabiskan dana 8 ton Emas, dan banyak serdadu Belanda yang tewas. Logo kedua melambangkan Pedang dan Air yang diapit 2 singa. belum ada Referensi tentang arti lambang ini. Mungki dengan arti yang sama dengan logo ke-1. Yang tahu cantumkan di comment sc:banjoewangietempoedoeloe

Peta dan Sejarah Kota Blambangan Muncar

PETA KOTA BLAMBANGAN TAHUN 1726 DI SEKITAR MUNCAR Asal Usul Nama Muncar Muncar, merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kecamatan ini terletak di bagian timur Kabupaten Banyuwangi, kurang lebih 35 km dari jantung Kota Banyuwangi dan berbatasan dengan Selat Bali. terdapat 10 desa dalam Kecamatan ini dengan luas keseluruhan kurang lebih 8.509,9 ha. Kecamatan Muncar adalah sebuah Kecamatan sebagai Penghasil Ikan Laut terbesar di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu di Kecamatan ini merupakan sentra penghasil semangka terutama di desa Tembokrejo dan Bangorejo. Namun sejak tahun 2010 kinerja dan hasil penangkapan ikan kawasan ini mengalami penurunan. Mengapa daerah penghasil ikan ini diberi nama Muncar? Apa yang melatarbelakangi terbentuknya nama tersebut? Berikut adalah beberapa pendapat mengenai asal mula terbentuknya nama Muncar. Menurut HR. Suparjo Denowo, penduduk asli Kecamatan Muncar, Dusun Muncar berasal da...