Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Rangkuman Puputan Bayu karya Sumono Abdul Hamid

PUPUTAN BAYU (BLAMBANGAN MEMBARA) OLEH: SUMONO ABDUL HAMID             Cerpen sejarah ini terinspirasi novel TRI LOGI SEMENANJUNG, buah karya PUTU PRABA DRANA, dan juga buku para sejarahwan DR, Sri Margana, Drs I Made Sudjana MA, Hasan Ali.             Pendahuluan desertasinya Doktor Leiden University Sri Margana (dosen sejarah UGM) Java’s Last Frontier. The Struggle for Hegemoni Blambangan yang sangat menggilitik yang menulis : The Foundation of This Study is Fairly Simple Question ; Why Did Such s Long Time (aproximately forty years) to Incorporate This Region Succesfully in the VOC Administration.             Selanjutnya Dr Sri Margana menuliskan :... Penduduk di kawasan itu (Blambangan) berkeras menolak pemerintahan Belanda, dan terlibat dalam pertarungan panjang melawan VOC hampir-hampir mengorbankan sega...

Perlawanan Pangeran Pakis

PERLAWANAN PANGERAN PAKIS DI BUMI BLAMBANGAN Pengangkatan Raden Tumenggung Wiroguno menjadi regen bukan saja berarti mengesahkan kedudukan selir dinasti Tawang Alun sebagai pewaris tahta, tetapi juga sebagai alat politis VOC. Perpindahan Nagari(ibukota) dari pedalaman ke Banyuwangi di pantai timur, dan diikuti oleh perpindahan regen bersama semua pembantunya menunjukan adanya perubahan fisik. Ini memberikan kesempatan kepada pengikut Pengeran Pakis untuk memperkuat diri di Jawikuta(luar kota), baik di Wanadri(pedalaman) maupun di pasisiran(pantai selatan). Regen dan pembantunya mempunyai kedudukan yang kuat hanya di ibukota di sekitar pantai timur. Pada intinya tidak terjadi perubahan yang mendasar, jika melihat struktur lama tetap dipertahankan meski resikonya kekacauan(kaliyuga) terus berlanjut, dan pada giliranya terus merosot. Kedudukan Pangeran Pakis terus menguat seiring dengan keberhasilannya menguasai daerah penghasil beras di pedalaman, dan mendapat dukungan dari seku...

Peta dan Sejarah Kota Blambangan Muncar

PETA KOTA BLAMBANGAN TAHUN 1726 DI SEKITAR MUNCAR Asal Usul Nama Muncar Muncar, merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kecamatan ini terletak di bagian timur Kabupaten Banyuwangi, kurang lebih 35 km dari jantung Kota Banyuwangi dan berbatasan dengan Selat Bali. terdapat 10 desa dalam Kecamatan ini dengan luas keseluruhan kurang lebih 8.509,9 ha. Kecamatan Muncar adalah sebuah Kecamatan sebagai Penghasil Ikan Laut terbesar di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu di Kecamatan ini merupakan sentra penghasil semangka terutama di desa Tembokrejo dan Bangorejo. Namun sejak tahun 2010 kinerja dan hasil penangkapan ikan kawasan ini mengalami penurunan. Mengapa daerah penghasil ikan ini diberi nama Muncar? Apa yang melatarbelakangi terbentuknya nama tersebut? Berikut adalah beberapa pendapat mengenai asal mula terbentuknya nama Muncar. Menurut HR. Suparjo Denowo, penduduk asli Kecamatan Muncar, Dusun Muncar berasal da...

Photo Kantor Assisten Resident Banyuwangi

Perbandingan Photo Kantor Assisten Resident Banyuwangi tahun 1907 dan keaadaan saat ini. Tempat ini terletak di selatan Inggrisan depan Gesibu Blambangan Banyuwangi sc:banjoewangietempoedoeloe

Foto Kantor Bupati Tempoe Doeloe

Ini foto Kantor Bupati Banjoewangie Tempoe Doeloe, tampak Bupati Banyuwangi yaitu Bapak Kolonel Djoko Soepaat Slamet saat berfoto dengan staf Pemda Banyuwangi dan anggota DPRD Dr Fraksi Partai NU Achmad Moersjid dari Muncar. sc:banjoewangietempoedoeloe

Daftar Bupati Banyuwangi dari 1773-2016

DAFTAR BUPATI BANYUWANGI(1773-2016) Kabupaten Banyuwangi( Sebelumnya disebut Regentschap Blambangan Timur) adalah Kabupaten terbentuk setelah perlawanan Pangeran Jagapati yang terkenal dengan perang Puputan Bayu dan Wong Agung Wilis di Blambangan. Setelah itu Belanda menunjuk Tumenggung Wiroguno I atau Mas Alit yang ( keturunan Prabu Tawang Alun, Raja pertama Blambangan) untuk menjadi regent  atau Bupati di Banyuwangi ini dan menandai akhir dari kekuasaan Kerajaan Blambangan. Belanda juga memberi kekuasaan kepada Mas Alit untuk memindahkan Ibukota dari Ulungpangpang( Benculuk ) ke Tirtogondo ( Kota Banyuwangi ). Selain itu Belanda mengubah kebijakan politiknya terhadap Blambangan yang sebelumnya bersifat represif menjadi lebih kooperatif. Pengangkatan Mas Alit ini diusulkan oleh Patih Juru Kunci ( Patih Tumnggung Jaksanegara, penguasa Blambangan 1771-1773) kepada Residen Schopoff, dilanjutkan kepada P. Luzak, pemangku kebijakan Ujung Timur ( Gezaghebber Van Den Oosthoek), ...

Gelombang Pendatang Di Banyuwangi

GELOMBANG PENDATANG KE BANYUWANGI 1. Paska Perang Bayu, orang-orang Blambangan lebih memilih hidup di pedalaman untuk bertani disawah. Untuk mengisi kekosongan tenaga kerja akibat Perang Bayu, VOC pada tahun 1773 VOC mengeluarkan kebijakan setiap orang yang mau pindah ke Blambangan di beri hadiag 6 Golden. Pendatang mulai berdatangan 50 orang dari Surabaya, 285 Campuran pendatng. Total 335 orang. 2. Tahun 1774, 200 orang campuran pendatang 70 orang dari Surabaya, 40 orang Gresik, 20 Sidayu, 10 Lamongan, 60 Madura. total 400 orang. Untuk merampungkan pembangunan kota Banyuwangi total juga terus mendatangkan tenaga kerja dari luar Banyuwangi. 3. Tahun 1797 keadaan mulai stabil, di daerah perkebunan, Belanda terus menambah dan mempekerjakan tenaga upahan terutama dari para pendatang dari luar Blambangan baik laki dan wanita. Sehingga penduduk Blambangan makin meningkat dari sekitar 10.000 orang pada tahun 1800, menjadi sekitar 26.000 orang pada tahun 1848. bersambung... P...

Nama Desa di Banyuwangi Pada Abad Ke-17

DAFTAR NAMA DESA DI BANYUWANGI(abad ke-17) Dibawah ini , daftar nama desa dan  nama Lurah pada abad 17 sebagaimana disebutkan dalam Babad Bayu, dan catatan sensus penduduk oleh VOC seperti ditulis Dr( Leiden) Sri Margana dalam Java Last Frontier , masih sama dengan nama yg biasa digunakan pada masa Singosari, Dhadhap (Kidang Wulung),= Dadapan Rewah-Sanji (Kidang Wulung  Suba/Kuwu (Kidang Wulung), =Sobo Songgon (Ki Sapi Gemarang), = Songgon Tulah (Ki Lempu Putih), = Kadhu (Ki Sidamarga), = Derwana (Ki Kendit Mimang),=Derwono Mumbul (Ki Rujak Sentul),= Tembelang (Ki Lembupasangan), =Tembelang Bareng (Ki Kuda Kedhapan),=Bareng Balungbang (Ki Sumur Gumuling), =Belumbang Lemahbang (Ki Suranata),= Lemahbang Gitik (Ki Rujak Watu),= Gitik Banglor (Ki Suragati),= Labancina (Ki Rujak Sinte),=Labancina Kabat (Ki Pandholan),= Kabat Kapongpongan (Ki Kamengan),=Popongan Welaran ( Ki Jeladri),=Welaran ( Banyuwangi  Jln Panderejo ?) ...

Logo Banyuwangi

LOGO KOTA BANYUWANGI(1800) Logo kota Banyuwangi pertama bergambar keris yang menancap di air, belum ada referensi arti lambang tersebut. menurut pandangan saya sendiri logo bisa diartikan bahwa memperebutkan kota Banyuwangi dengan Harta dan Nyawa. Dimana kita tahu Perang Bayu menghabiskan dana 8 ton Emas, dan banyak serdadu Belanda yang tewas. Logo kedua melambangkan Pedang dan Air yang diapit 2 singa. belum ada Referensi tentang arti lambang ini. Mungki dengan arti yang sama dengan logo ke-1. Yang tahu cantumkan di comment sc:banjoewangietempoedoeloe

Sejarah Banyuwangi

KABUPATEN BANYUWANGI(1800) Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. pada pertengahan dari kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasaanya, atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur(termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan hindu terakhir di pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "Kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris. VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767-1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut PUPUTAN BA...